Yang akan terjadi pada pohon dan burung beo sebelum eksistensinya
jelas dapat diketahui, tetapi manusia adalah wujud pertama yang serba
belum jelas: Ia akan berupa apa? Ia akan menjadi apa? Apa yang akan
diperbuat terhadap dirinya? Apa yang akan dipilih sebagai esensinya?
Jean-Paul Sartre (lahir
di Paris, Perancis, 21 Juni 1905 – meninggal di Paris, 15
April 1980 pada umur 74 tahun) adalah seorang filsuf dan
penulis Perancis. Ialah yang dianggap mengembangkan
aliran eksistensialisme. Sartre menyatakan, eksistensi lebih dulu ada
dibanding esensi (L'existence précède l'essence). Manusia tidak
memiliki apa-apa saat dilahirkan dan selama hidupnya ia tidak lebih
hasil kalkulasi dari komitmen-komitmennya pada masa lalu. Karena itu,
menurut Sartre selanjutnya, satu-satunya landasan nilai adalah kebebasan
manusia (L'homme est condamné à être libre).
Pada
tahun 1964 ia diberi Hadiah Nobel Sastra, namun Jean-Paul Sartre
menolak. Ia meninggal dunia pada 15 April 1980 di sebuah rumah sakit
di Broussais (Paris). Upacara pemakamannya dihadiri kurang lebih 50.000
orang. Pasangannya adalah seorang filsuf wanita bernama Simone de
Beauvoir. Sartre banyak meninggalkan karya penulisan diantaranya
berjudul Being and Nothingness atau Ada dan Ketiadaan.
Bagi
saya pribadi, Sartre adalah sosok seperti yang digambarkan Einstein
dalam kalimatnya; "jika anda tidak bisa menjelaskan sesuatu itu secara
sederhana, berarti anda belum benar-benar mengerti". Dan saya pikir
karna itu juga hasil pemikiran Sartre yang disampaikan dengan bahasa
yang sangat komunikatif mendapat tempat yang sangat layak di dunia. Ia
diakui sebagai filosof paling berpengaruh dalam 20 tahun ini.
Tulisan-tulisan
Ali Syariati merupakan tulisan yang memperkenalkan saya pada Sartre
untuk pertama kali,dan kemudian membuat saya mencari tau sebanyak yang
saya bisa mengenainya. Bersepakat secara definitif dalam hal ini saya
artikan dengan kesamaan cara pandang. Secara khusus terhadap apa ang
Sartre sampaikan pada bagian awal tulisan ini.
Jika Buya
HAMKA mengatakan bahwa manusia bisa dikenali dari cara berbicaranya,
maka saya tambahkan bahwa manusia hanya bisa diingat (terutama dalam
jangka waktu lama) dari apa yang ia lakukan. Dan para tokoh besar dunia
yang saat ini ada dalam ingatan Andapun juga begitu. Ada yang mereka
lakukan, dan itu menyentuh zamannya sebagai sebab ia menjadi bagian
besar dari sejarah untuk kita kenali hari ini.
Namun
Sartre dalam hal ini tidak memandang akhir (hasil), ia lebih menyorot
pada sebab. Itulah kenapa kalimatnya pada bagian awal tulisan ini
memberi penyadaran. Mengingatkan umat bahwa berpangku tangan dan
bersikap pesimis itu tak layak, karna selalu ada kemungkinan baik
ataupun kesuksesan ketika melakukan sesuatu. Dan karna kita berpeluang
untuk kesuksesan itu dengan menguak celah peluang. Cara mana lagi kalau
bukan dengan meningkatkan usaha, lalu tawakal serta berdo'a setelahnya.
Bagi
saudaraku sesama muslim, hal ini senada dengan firman Allah dalam surat
QS. Ar-Ra'du (13): ayat 11: "Allah tidak akan merubah nasib suatu kaum
jika bukan kaum itu sendiri yang merubahnya".
04/06/2012
0 komentar:
Posting Komentar
Komentar Anda sangat diharapkan.
Atas komentar yang Anda berikan, Kami ucapkan Terimakasih.
Bersama Kita berpikir untuk INDONESIA dan DUNIA.