Aku bebal sejak dahulu dalam hal menyenangkan hatimu. Indra kreatifku
lemah menemukan celah membentuk senyum dibibirmu yang ulasnya lebih
sempurna dari keindahan buah dalam ibarat. Lalu aku menyakiti bagian
paling lembut yang tak berwujud dalam dirimu dengan sangat sakit. Dan
kau tentu tau, tak pernah dengan sengaja. Namun aku tetap bersalah,
sehingga maaf tiada guna.
Kekasih…
Aku
selalu menyebutmu begitu. Karna itu kata paling dewasa untuk jenis
hubungan cinta antara dua manusia yang berlawan jenis. Dan saat menulis
“maaf” ini, kata itu meleburkan getir disetiap pori, ditubuh dan dihati.
Kesempurnaan sesal yang tak terlihat ini utuh kuupetikan pada tangismu
yang kupecah dalam bisu. Beberapa ketika sebelum kau memindahkan kaki
esok pagi.
27 Juni 2012
0 komentar:
Posting Komentar
Komentar Anda sangat diharapkan.
Atas komentar yang Anda berikan, Kami ucapkan Terimakasih.
Bersama Kita berpikir untuk INDONESIA dan DUNIA.