Aku mulai khawatir dengan kelanjutan hubungan ini. Bukan pada lanjut atau tidak, tapi lebih pada kekhawatiran akan bentuk tindak lanjutnya. Aku khawatir akan penjagaanku terhadap hati. Hati itu sendiri seringkali tidak punya sopan santun dalam menetapkan sesuatu, ia seringkali tak permisi.
Terlebih lagi jika lidah dan tubuh menjongos terhadap keinginan hati yang sangat jarang berpikir itu. Efeknya bisa luar biasa.
Menjaga hati itu rasanya masih tidak mudah, sehingga pada akhirnya efek kemampuan menjaga berbanding lurus dengan pembentukan realita.
Jasad manusiaku berjalan, tapi hati memilih berhenti mengimbangi laju tumpukan daging yang ditegakkan tulang untuk masa ini. Hati menawarkan jalannya sendiri. Ia antarkan persimpangan besar (sial, hati bersikeras).
Yaa Tuhan,, Engkau yang telah menghadirkan apa dan siapa yang telah mengisi hati,, memohon hamba akan kefasihan menjaganya. Amin...
20 Januari 2012
0 komentar:
Posting Komentar
Komentar Anda sangat diharapkan.
Atas komentar yang Anda berikan, Kami ucapkan Terimakasih.
Bersama Kita berpikir untuk INDONESIA dan DUNIA.