Bantu Aku Da

Didedikasikan Untuk Kakak Terbaik Sedunia

Da, mungkin karena dulu kita sudah terlalu sering berkelahi, hingga sekarang aku telah bosan bertengkar lagi. Mungkin kadang kau menyesali keputusanmu dulu untuk memperlebar kemungkinanku menempuh jenjang pendidikan yang lebih tinggi, dengan menutup kesempatanmu sendiri untuk naik. Aku minta maaf Da. Aku memang tak seperti dirimu yang selalu naik podium setiap kita menerima raport waktu masih sekolah dulu. Tapi bukan itu alasannya aku telat tamat kuliah. Aku sedang mempertimbangkan kemungkinan-kemungkinan yang lebih baik untuk nanti, aku akan selalu mengusahakannya.

Da, apa-apa yang kutulis ini adalah apa-apa yang aku tak bisa katakan langsung padamu. Kau tau, aku tak cukup pandai cara berbicara antar saudara. Lihatlah, menulis untukmupun bahasaku kaku. Aku tak akan bertanya kabar karna kita sama-sama lelaki. Aku tau kau akan baik-baik saja sekalipun ada banyak kepelikan di setiap detik kisah hidup yang tak kau bagi. Kita bisa saja tak semesra orang-orang bersaudara lainnya, tapi hati kita tentu lebih tegap. Jika ada yang meragukan kesetiaanku pada persaudaraan dan keluarga kita, maka itu akan jadi pertarungan yang sangat tidak adil !

Da, aku punya cita-cita, aku ingin jadi Duta Besar Indonesia di Eropa. Terserah Negara mana, bertugas di London kedengarannya menarik. Itu satu-satunya cita-cita yang kukejar untuk diriku sendiri, dan kuletakkan di posisi ketiga. Yang kedua itu membahagiakan orang-orang yang kucintai, tentu saja kau ada didalamnya. Keluarga kupersembahkan porsi terbesar dalam jiwa. Dan yang pertama adalah apa yang kau inginkan jua, Ibu menunaikan Ibadah Haji.

Da, kita hidup di zaman gila, uang seakan nyawa kedua. Semua yang kuinginkan butuh rupiah, karena itu aku bersikeras untuk jadi orang kaya. Maaf Da, aku kurang sopan. Sekalipun demikian, bantu aku. Bantu dengan do’a dan menyenangkan hati Ibu.

13 Januari 2011