Aku tumbuh dalam jagat rasa yang berbeda, dibanding Engkau pembaca. Pemikiranku dipengaruhi teori-teori yang kadang tak mampu kuaplikasikan sendiri. Sebagaimana bantahan jiwaku pada kebenaran teori, bahwa manusia adalah makhluk social, sebab kenapa aku sering menyendiri diganggu nyamuk dan dikotori jaring laba-laba.
Lalu Kau hadir dan membuatku lebih sering bicara, sebagai diriku yang baik, dibanding keringkihan emosi yang membuat dada sesak. Kau, bagian dari orang-orang baik yang telah berlapang hati mencoba bersabar melawan rasa tertekan menghadapi ketidakjelasanku, pun ketidak jelasan pada apa yang hanya Engkau mengetahui dan ingin Engkau ketahui ataupun yang Engkau dipaksa mengetahuinya.
Dengan sungguh, aku tak berani berkata lebih menerima kesabaran dan umpat kesalmu. Sehingga kesadaran hanya membuatku bisa diam, yang nyatanya adalah sikap yang tak akan pernah Kau sukai.
Dengan kesungguhan setara, kususun kata-kata untuk menjawab pertanyaan sulitmu, “kenapa?”. Pertanyaan yang sering membuat manusia tak menemukan kata bagi jawabannya.
Aku bercerita, berpuisi, berimprovisasi dalam kata, berharap setelahnya Kau baca dan mengilhami pemahaman baru tentang ide, pengertian, dan perasaan. Sedikit-sedikit, kuselipkan jawab untuk jeritnya, untuk ia sang wanita.
Kemanusiawianku memahami perihmu, sayangnya sikapku tidak, dimatamu. Dan disini aku berupaya mendapatkan pemahaman yang bukan lagi sekedar usaha untuk memahamiku.
Semua ini hanya tentang caraku membuatmu mengerti ketidakjelasanku, pun ketidak jelasan pada apa yang hanya Engkau mengetahui dan ingin Engkau ketahui. Yang bahkan kesombongan memaksaku rendah hati meski dalam diam. Meski kadang setan menyela: “entahlah, apakah ini pasrah yang ikhlas, atau putus asa karna matinya akal”.
18 Agustus 2011
18 Agustus 2011
0 komentar:
Posting Komentar
Komentar Anda sangat diharapkan.
Atas komentar yang Anda berikan, Kami ucapkan Terimakasih.
Bersama Kita berpikir untuk INDONESIA dan DUNIA.