Minggu, 28 April 2013

Minangkabau, Rantau Garis Keras


Karakok madang dihulu, babuah babungo balun. 
Marantau bujang dahulu, dirumah paguno balun.

Siapa putra Minang yang tak pernah dengar pantun ini?

Pantun yang mengikonkan bahwa masyarakat muda Minang adalah bagian dari perantau sebagai sebuah mesti. Dan pantun itulah alasan penyelamat dari kerasnya ranah Minang dalam membangun karakter pemudanya. Dan Kau bujang, bersyukurlah jika tlah melangkah keluar rumah.


Terserah kemana nasib diadu, yang jelas Kau telah berpindah tempat berpijak. Dan akan sangat lebih baik jika rantaumu tak hanya keluar kampung, keluar dari daerah Minang itu sendiri akan lebih baik. Jika Kau ingin bertanya kenapa, maka inilah jawabnya.

Saat Kau pergi ke Jakarta, Kalimantan, Australia, Eropa ataupun Amerika, maka hal terburuk yang mungkin terjadi hanyalah penodongan. Uangmu diambil, tasmu dirampas, isi sakumu dicopet dan bisa jadi juga dipukuli. Hal itu hanya akan membuatmu kehilangan benda-benda. Jika sakit, hanyalah dibadan. Kau bisa berobat sekalipun harus berhutang.

Dan di ranah Engkau lahir dan besar mengenali dunia ini, kau tak akan dimintai benda apa-apa, tak akan dipukuli dengan sengaja. Tapi "kieh" (kias) akan membunuhmu dengan tawa. Mengupas kesakitanmu seulas demi seulas. Aman secara lahir, ditelanjangi sampai tak berharga diri. Saat itu terjadi, kau sungguh mengakui betapa beruntungnya orang-orang tuli.

0 komentar:

Posting Komentar

Komentar Anda sangat diharapkan.
Atas komentar yang Anda berikan, Kami ucapkan Terimakasih.
Bersama Kita berpikir untuk INDONESIA dan DUNIA.