Jumat, 05 Oktober 2012

Keadilan Tersakit I


Aku tau kau kecewa karna kita belum jua menikah, sementara kemanusiaan kita telah berhasrat dan teman seangkatan telah beranak satu ataupun dua. Dan aku merasakan kebelum mampuanku saat kau bercerita, berkali-kali. Seperti berkali-kali aku berjanji tak akan meninggalkanmu karna meyakini langgeng kebersamaan kita, sebab kau duniaku.


Bukankah aku telah menulis untukmu, menjelaskan tentang semua kelemahanku untuk kau sikapi langsung kepadaku? Dan bukankah telah kusampaikan kepadamu tentang bagaimana aku mencintai Ibu?

Aku mungkin bukan orang baik, mungkin begitu juga dalam pandangan banyak orang. Tapi tidak dimata Ibu. Ibu menyekolahkanku di sekolah agama sedari awal aku mengenal sekolah. Ibu tak memberiku kursus bahasa inggris ataupun matematika, tapi Ibu membayar untuk guru mengaji terbaik bagi kami anak-anaknya. Ibu antar kami pada guru agama terbaik yang diketahuinya. Karna Ibu percaya dengan sepenuh keinginan, anaknya menjadi anak yang baik.

Ibu tak pernah meminta kaya kepada tuhan, tak sekalipun Ibu menyemangati kami untuk menjadi juara. Ibu hanya berdo’a agar kami menjadi anak yang sholeh disetiap penghujung sholat. Namun kau sampaikan padanya bahwa anaknya seorang pembohong !

Kau yang wanita tentu tau seperti apa hati seorang Ibu saat anak yang Ibu kandung dan besarkan dengan segala daya untuk menjadi sholeh di cap sebagai pembohong, langsung kehadapan matanya. Apa aku pernah menghina anak pada seorang Ibu sepengetahuanmu? Apa aku pernah berucap buruk tentang seorang anak pada Ibunya sepengetahuanmu? Sekalipun dalam kira-kira?

Bukankah aku selalu berusaha melembutkan hatimu setiap kali ia mengeras seperti batu? Aku selalu berusaha melembutkan hatimu setiap kali ia mulai mengeras seperti batu. Hanya satu yang tak berubah. Aku, hanya aku yang berusaha melunakkan hatiku sendiri, menahan getirku sendiri.

Jika kau mengira itu karna aku pencemburu, maka apa yang dicemburui seorang Ibu untuk kebahagiaan anaknya hingga tega kau sakiti? Bagaimanapun ia Ibuku, dan aku rela kehilangan dunia seisinya daripada sedetik ketenangan hatinya.

08 September 2012


1 komentar:

  1. ndak sepakat samo gambar yang uda upload do!!

    jan di generalisir sado nyo da...

    ckckckkc

    BalasHapus

Komentar Anda sangat diharapkan.
Atas komentar yang Anda berikan, Kami ucapkan Terimakasih.
Bersama Kita berpikir untuk INDONESIA dan DUNIA.