Minggu, 15 April 2012

Biar Aku


Saya telah melihat laut, dengan pasir dan anak-anak yang berlari sambil tertawa. Lalu aku tersenyum. Menggenggam gambar masa kecil dulu yang kularutkan dalam hati. Gambar lama berlatar merah dan tatapan lugu ingin bermain. Saat itu papa didepanku, diatas rumah gadang kami. Dan disebelahnya ibu menabahkan keinginanku dengan senyum khas, agar tak segera berlari menggayuh sepeda roda tiga.


Jika suatu saat kau tak lagi punya papa, kau akan tau rindu ini. Rindu dimana kau tak punya arah berlari, rindu untuk wujud bahkan suara yang tak bisa lagi dinanti. Keindahannya sarat rasa sakit, terseret di langkah-langkah cinta yang menyesali sejarah. Aku terjatuh. Kalau bukan karna senyum ibu, aku masih berselimut hari ini. Mengendapkan sajak-sajak kejam kenyataan.

Tak apa aku yang luka asal jangan ibu. Tak apa ibu bertambah usia asal ringkihnya bagianku. Camkan ini; "Jika ada yang mengganggu ibuku berarti ia meminta monster, dan ia akan mendapatkannya". Itu kata-kata dari film yang pernah kutonton, "Death Race" judulnya.

Jangan bujuk aku untuk merubahnya, siapapun itu. Hasilnya akan sama dengan menuang garam kelaut, maaf, pikir hatiku tak bisa diprogram. Bentuknya bukan keegoisan, melainkan pengenalan akan jalan yang ia tetapkan kemana arahnya akan melangkah. Setia sampai ketujuan.

Bukan masalah jika tak dikenali, masalahnya jika tak jadi orang baik. Setidaknya, berusaha jadi demikian. Ini aku, dan kataku; __ ____ __ ____ ____

16/04/2012


0 komentar:

Posting Komentar

Komentar Anda sangat diharapkan.
Atas komentar yang Anda berikan, Kami ucapkan Terimakasih.
Bersama Kita berpikir untuk INDONESIA dan DUNIA.