Selasa, 22 November 2011

Menjadi Lebih Baik


An answer of my beloved sisters question.
Specially write for all people in my life.

Manusia berada dalam ikatan taqdir sebagai makhluk sosial, yang membuatnya memiliki kebutuhan terhadap orang lain. Kebutuhan untuk pengakuan atas keberadaanya. Saya katakan demikian karena kita selalu senang ketika diberi perhatian, merasa tersanjung saat dipuji, dan bangga saat prestasi kita diakui. Saat semua hal tersebut tidak kita peroleh, maka selalu terasa ada yang kurang. Rasanya kurang manusia, heheh.

Namun yang sama-sama kita rasakan, akan ada aliran kuat didalam tubuh yang membuat kita lebih percaya diri menghadapi apapun bahkan disaat sulit ketika tempat bersandar kita kuat, tempat berpijak kita kokoh. Dan salah satu tempat itu adalah orang lain, entah siapa, namun biasanya kita menyediakan bagian hati untuk keberadaannya. Seseorang yang selalu kita harapkan, yang kita percaya mampu menguatkan kita, dan meyakinkan kita bahwa ia akan selalu ada untuk kita. Membuat dunia terasa tidak terlalu kejam.

Ada masanya ketika tuhan percaya pada kemampuan kita untuk berada di level yang lebih tinggi, dan untuk meraihnya kita harus mendaki sebagai ujian naik tingkat seperti halnya di sekolah. Tapi ujian tuhan bukanlah soal tertulis yang jawabannya bisa kita hafal atau pelajari sebelumnya.Karna jika demikian, apa bedanya tuhan dengan guru kita di sekolah? Kita tau bahwasanya tuhan itu MAHA, sebagai perbedaan dasar dari ciptaannya. Hati dan logika manusia mengakui hal itu. Pengakuan oleh orang yang tak bertuhan sebut "kekuatan di luar manusia". Karna itu, ujian yang diberikan tuhan muncul dengan apa yang kita sebut masalah.

Tapi kenapa harus masalah? Karena masalah menghidupkan semua unsur kemanusiaan kita. Masalah mambawa kita pada kenyataan, memotong waktu kita untuk berangan-angan mengkhayalkan kemewahan dunia tanpa berbuat apa-apa. Masalah menunjukkan siapa kita saat ini, dan seperti apa kita dimasa datang ("di" dengan "masa" saya dekatkan untuk menjelaskan betapa dekatnya masa datang itu) terutama setelah maslahnya selesai. Masalah menyampaikan bahwa ada yang harus kita selesaikan, sesegera mungkin.



Dan sebagai manusia yang senang dengan nilai bagus, kita harus menyelesaikan masalah itu sebaik mungkin. Ini ujian bukan? Untuk tingkat yang lebih tinggi, dan seharusnya kita menjadi sang juara, bukan pecundang yang pandainya menangis dan merengek manja ("Sakiiiiikk?" Seorang sahabat akan tersenyum saat membaca kata ini). Jangan juga untuk sampai kesebuah tujuan kita berkata "tak tau mobil yang mana untuk pergi kesana". Bah, manusia macam apa kau? Tak pandaikah bertanya, lalu buat apa bibirmu yang bak limau seulas itu? Itu tujuan kau kawan, kau yang pilih jalanmu, jadi; tempuh sajalah.


Menjadi lebih baik memang kita inginkan, namun ada masanya kita merasa masalah itu berbadan lebih kekar dan membuat kita ingin dikuatkan (bukan karena kita tidak kuat - baca "Dialog Tentang Status Kerapuhan Manusia") oleh yang kita percaya mampu menguatkan kita, khususnya oleh orang yang kita harapkan. Dan ada kalanya saat kita butuh itu  malah tak ada siapa-siapa. Rasanya sedih sekali, dunia makin suram. Kita diabaikan, huh, hati yang penyakitan itu sakit lagi. Mau marah?

Interupsi sebelum marah, tanya marah kenapa? ( What? Nanya? Loe gak liat paragraph diatas? Jangan skimming-scanning dong ah).

Tapi pertanyaan itu benar, kenapa marah? Salahkah manusia ketika ia tak menyadari ada yang membutuhkan keberadaannya? Bukankah tak ada pemberitahuan otomatis macam di facebook ini. Bahkan facebook yang sudah serba otomatis saja tak mampu langsung memberitahu status orang-orang dekat kita. Mesti di cek sendiri dulu, atau diberitahu untuk menceknya. Dan bukankah hati seperti itu juga? Tak ada pemberitahuan otomatisnya, karna itu perlu diberitahu.Sekalipun ia bukan kita, bukan berarti ia bukanlah manusia yang tidak memiliki masalah seperti kita.
Kalaupun ia tau namun tak menunjukkan perhatian pada apa yang sedang kita hadapi, percayalah itu karna ia percaya kita sendiri mampu menghadapinya dengan baik. Dan bukankah karena itu jua dasarnya kita menyediakan tempat untuknya dihati, karena ia percaya.

Dan ini menjawab pertanyaan, kenapa disaat kita merasa butuh pada seseorang, kita malah tidak mendapatkan keberadaan orang itu disisi kita?


20 November 2011

0 komentar:

Posting Komentar

Komentar Anda sangat diharapkan.
Atas komentar yang Anda berikan, Kami ucapkan Terimakasih.
Bersama Kita berpikir untuk INDONESIA dan DUNIA.