Jumat, 10 Juni 2011

Perubahan Itu Bukan Sekedar Mimpi Kawan!!

Salah satu sebab stagnantnya perkembangan masyarakat kita, khususnya di Kabupaten Lima Puluh Kota, adalah kurangnya pembenahan, pemberdayaan dan penyaluran potensi pribadi masing-masing kita. Kecenderungan individu yang masih berorientasi akan pemenuhan kebutuhan perut dan menghabiskan apa yang ada membuat kita tidak berani ambil resiko untuk memilih aktivitas yang berimplikasi baik untuk orang banyak. Kita sudah merasa nyaman ketika telah mempunyai sumber pemenuhan kebutuhan pribadi, paling banter keluarga, yang jika ditilik lebih lanjut hal ini tak ubah dari keegoisan di tingkat elitnya. Dikatakan demikian karena kondisi seperti yang saya jabarkan diatas membuat falsafah Minang "barek samo dipikua, ringan samo dijinjiang" (berat sama dipikul, ringan sama dijinjing. red) tidak teraplikasi sepenuhnya. Padahal mestinya, ketika falsafah ini teraplikasi utuh, kita masyarakat Luhak Limo Puluah hidup dengan alat pemenuhan kebutuhan yang berlimpah. (Berlaku juga untuk semua Kabupaten/Kota di Indonesia dan dimana saja).

Falsafah tersebut layaknya memicu "raso jo pareso kita akan eksistensi kondisi sosial sekitar kita. Dan ketika falsafah "barek samo dipikua, ringan samo dijinjiang" ini diabaikan baik secara makna apalagi aplikasinya, maka wajar ketika ada anak usia sekolah yang jadi pengamen dijalanan, ada orang tua yang masih tinggal di kolong jembatan ataupun mencari ruang berbaring di emperan, ada anggota masyarakat yang sengaja melanggar hukum untuk memenuhi kebutuhan pangan-kesehatan. Mesti kita akui, ketidakpedulian kita berkontribusi pada terciptanya kondisi-kondisi yang kita temui diatas.

Hal lain yang tak kalah penting, yang juga menjadi kontribusi nyata kita atas belum adanya perbaikan kondisi masyarakat, adalah "budaya menunggu". Kita menunggu kapan kesempatan itu datang, menunggu kapan pekerjaan itu datang, menunggu kapan ada orang lain yang memberikan perubahan, menunggu mimpi jadi kenyataan. Padahal manusia diberikan kompetensi sama untuk semua yang kita tunggu itu. Kesempatan itu harus kita ciptakan!! Setiap kita bisa mengadakan lapangan pekerjaan untuk diri kita dan orang lain, setiap kita mampu mengkondisikan keadaan sesuai kebutuhan, setiap kita berdaya melakukan perubahan!! Persoalannya maukah kita? Dan apa yang kita lakukan untuk apa yang kita mau itu.

Melalui tulisan ini, saya menghimbau, mari kita lakukan perubahan!! Mulai dari diri kita pribadi. Mulai dari memanajemen sikap kritis kita terhadap apa yang dilakukan orang lain, sementara kita tidak melakukan apa-apa. Mulai dengan membarakan rasa dan sikap kekeluargaan sebagai unsur penting dari budaya Timur umumnya dan Minang khususnya, sebagai pondasi dasar kepedulian atas sesama sekaligus sebagai kekuatan kita berbangsa dalam menciptakan perubahan. Saya percaya, jika hal ini kita lakukan secara berjama'ah, maka tidak ada omong kosong untuk perubahan.

Saya sampaikan ini untuk memprovokasi kita semua mengejar apa yang saat ini seharusnya sudah dalam genggaman kita. Salam Perubahan!!

0 komentar:

Posting Komentar

Komentar Anda sangat diharapkan.
Atas komentar yang Anda berikan, Kami ucapkan Terimakasih.
Bersama Kita berpikir untuk INDONESIA dan DUNIA.