Arif Rahman

Penulis Buku : "Ketika Udara Terjungkir Di Bawah Langit Bumi.

Arif Rahman

Jasa Ghost Writer Professional.

Arif Rahman

Arif Rahman dan yulia Diana.

Jumat, 11 Juni 2010

Sedikit Saja

Kita pernah melalui hari dalam gundah dan airmata dalam sekeping beling.

Sering kata-kata tersesat dalam dunia rakyat politik, budaya, pendidikan,

dalam lumpur petani, bahkan dalam hitam pena.

Tak kalah sempurna perasaan saat ditengelamkan ketidakmampuan.

Lagi-lagi bersama bahasa paling mewakili, tanpa kata-kata,

dibuncahkan hati melalui sudut mata.

Dan sedikit kita alirkan kata-kata yang orang bilang tak sopan saat membualkan isi bacaan dalam ciuman logika tentang agama.

Semua biru dalam tawa.

Sang aku merasa rindu.

Terasakah kawan?

Kamis, 03 Juni 2010

Mahasiswa Moral dan Politik

Umumnya predikat mahasiswa dipegang oleh individu yang mengenyam pendidikan di perguruan tinggi. Karena jumlah perseorangan mahasiswa sudah cukup untuk membuat populasi tertentu, maka sebagian orang juga mengatakan bahwa mahasiswa merupakan suatu entitas social tertentu. Value dari entitas ini adalah mereka yang telah menyelesaikan pendidikan dasar mereka dan memperoleh kemauan serta kesempatan untuk mendaftarkan diri sebagai pembelajar perguruan tinggi.

Angka yang sering muncul mengenai batas usia mahasiswa, adalah 18 (delapan belas) hingga 27 (dua puluh tujuh) tahun untuk mahasiswa strata 0 (nol) dan mahasiswa strata 1 (satu). Sejarah telah mencatat bahwa angka tersebut merupakan usia produktif pemuda. Dengan demikian kita bisa mengatakan bahwa mahasiswa adalah perseorangan atau kumpulan pemuda pembelajar yang memiliki maksud serta tujuan tertentu dalam sesuatu perguruan tinggi tertentu.

Kata moral biasanya juga dibandingkan dengan istilah etika kemudian juga akhlak.. bila dilihat secara kasat, ketiga hal tersebut merupakan bentuk wujud ekspresi kedirian manusia dihadapan objek diluar manusia. Hal yang membedakan antara moral, etika dan akhlak terdapat pada objek luaran tersebut. Berbeda dengan etika yang han ya berlaku pada suatu komunitas tertentu saja, moral berlaku universal. Sebagai contoh, menyapa orang dengan tangan kiri tidak ada hubungan dengan moral, karena disebagian tempat lain boleh jadi lebih etis menyapa dengan tangan tangan kiri.

Moral berhubungan dengan nilai-nilai kemanusiaan. Diaktakan tidak bermoral apabila perilaku individu atau kelompok tertentu menodai ilai-nilai kemanusiaan orang lain; seperti membuat gaduh, membunuh, berzina, dlsb.

Sedangkan untuk politik, sebagian orang mengatakan bahwa politik merupakan sni untuk memperoleh kekuasaan dan mempertahankan kekuasaan, sebagian yang lainnya mengatakan bahwa politik adalah upaya yang dilakuakan oleh perseorangan atau kelompok yang mencoba untuk memasukkan sistim nilai tertentu pada suatu tatanan sosial tertentu dengan memegang alat kuasa. Sebagai missal, islam berkembang pesat di Indonesia dikarenakan penganjur agama islam menggunakan kerajaan untuk mengubah pola kepercayaan masyarakat, dengan begini para penganjur islam di Indonesia memanfaatkan media politik untuk berdakwah.

Adapun ketika kita berbicara tentang mahasiswa moral dan politik maka kita perlu menelaah kata-kata orang-orang besar berikut ini:
M. AS. Hikam dalam bukunya civil society menyatakan bahwa isu penting kenajuan bangsa ini kedepan adalah ketidakpedulian generasi muda akan politik, dalam buku itu juga ditampilkan hasil survey suatu majalah di Indonesia yang menyatakan suatu realitas bahwa hanya ada 10% pemuda yang memiliki kepedulian politik. Lalu salah seorang tokoh penting angkatan 66, Soe Hok Gie berargument, dunia politik adalah dunia yang paling kotor tetapi jika sudah tidak bisa mengelak lagi maka terjunlah!! Dan peran mahasiswa itu sendiri diserukan oleh ketua Persatuan Pelajar Indonesia (PPI) pada tahun 1922 yang pada saat itu dijabat oleh bung Hatta bahwa tidaklah bernama mahasiswa apabila tidak berdiri didepan menghadapi tantangan.

Adapun pertanyaan yang muncul hari ini adalah, apakah ada politik yang masih bermoral? Apakah mahasiswa harus masuk kancah politik? Bila tidak, kenapa? Bila ia, perpolitikan seperti apa? Dan pertanyaan-pertanyaan lain yang akan segera menyusul.

Sambil berpikir mari kita resapi sedikit sajak pakar fisika Richard P. Feyman berikut ini:
I wonder why I wonder why
I wonder why I wonder
I wonder why I wonder why
I wonder why I wonder
Aku bertanya-tanya mengapa. Aku bertanya-tanya mengapa.
Aku bertanya-tanya mengapa aku bertanya-tanya.
Aku bertanya-tanya mengapa aku bertanya-tanya mengapa.
Aku bertanya-tanya mengapa aku bertanya-tanya.

Billahittaufiq wal hidayah.